Oleh Suhari Rofaul Haq
(Direktur PSAC-Political and Strategic Analysis Center)
Saudaraku, pernahkah kita melihat orang yang berbuat jahat terhadap kekasih yang sangat dicintai? Ingatlah mereka adalah diri kita sendiri yang paling kita cintai, Namun kita sering jahat dan menyakiti diri dengan bermaksiat pada Allah swt. Kemaksiatan adalah sebuah kedzaliman, dan balasan kedzaliman adalah siksa baik dunia lebih-lebih akhirat kelak. Jadi , kita ini ternyata terlalu sering dan sangat membenci diri sendiri tanpa kita sadari.Astagfirullah al adzim.
Dalam kehidupan bernegarapun kita terkadang salah duga. Merasa mencintai negeri ini namun faktanya justeru kita sangat membencinya. Kita sangat marah jika ada maling ayam, namun diam seribu bahasa ketika melihat gunung emas dijarah dan dibawa keluar negeri. Kita begitu perkasa menggusur rakyat kecil atas nama menjalankan peraturan, namun lemah tanpa daya ketika menyaksikan penguasa menyerahkan aset-aset negara pada kapitalis asing. Kitapun cepat mengambil kesimpulan bahwa pejuang syariah-khilafah yang ikhlas menawarkan solusi atas kerusakan negeri sebagai perusak persatuan, Namun lidah terasa kelu jika harus bicara kaum separatis yang jelas-jelas ingin memisahkan diri dari Indonesia. Akhirnya masyarakat awam bingung dan bertanya siapa yang mencintai dan siapa yang membenci negeri ini?
Kapan Masalah Sirna?
Kita semua sepakat bahwa negeri ini sedang bermasalah dalam segala sisi. Masalah negeri ini sudah terlalu berat dan perlu segera ada jalan keluar. Jika tidak, kehidupan kita dan generasi berikutnya akan sangat mengkawatirkan. Contoh masalah paling sederhana dan mudah difahami rakyat awam adalah hutang negara yang harus ditanggung rakyat sebesar Rp.13 juta per-orang. Sebagaimana pernyataan Menteri Keuangan Sri Mulyani bahwa,” Dengan jumlah rasio utang Indonesia saat ini sebesar 27% dari Gross Domestic Product (GDP) yang sekitar Rp.13.000 triliun, Maka setiap masyarakat di Indonesia memiliki hutang sebesar US$ 997 AS perkepala”.https//m.detik.com,17/04/2017. Bagaimana bisa terjadi negeri yang punya ungkapan “gemah ripah loh jinawi toto tentrem kerto raharjo” dengan kekayaan alam yang melimpah ruah bisa punya hutang sedemikian besar?
Hutang tersebut menjadi masalah besar karena termasuk hutang ribawi dan taruhanya adalah siksa neraka disamping kedaulatan negara terancam. Sebagai gambaran kedahsyatan bahaya hutang tersebut adalah rakyat dipaksa menanggung dosa “zina” yang tidak pernah mereka lakukan.” Riba itu ada 73 pintu (dosa). Yang paling ringan adalah semisal dosa seseorang menzinahi ibu kandungnya sendiri.Sedang riba paling besar dosanya adalah apabila seseorang melanggar kehormatan saudaranya”,(HR.Al Hakim dan Al Baihaqi dalam syu’abul Iman). Juga hadits Nabi saw dari Abdullah bin Hanzhalah,” Satu dirham riba yang dimakan seseorang sementara ia tahu,lebih berat (dosanya) daripada berzina dengan 36 pelacur”,(HR.Ahmad dan Ath Thobrani). Jika 1 dirham senilai Rp.70.000,- maka setiap orang negeri ini harus menanggung dosa berzina sebanyak 186 kali. Hadiah dosa gratis negara untuk rakyatnya, belum hadiah dosa lainya akibat negara abai terhadap kewajibannya, Luar biasa ngerinya . Masihkah kita bisa tidur dengan tenang dengan dosa sebesar itu?.
HT Mencintai Indonesia
Hizbut Tahrir memandang dunia dan termasuk Indonesia sedang bermasalah. Masalah utama adalah adanya penjajahan kapitalis akibat tidak diterapkanya islam sebagai sebuah sistem yang mengatur kehidupan. Kesempitan hidup yang sedang dihadapi rakyat adalah akibat tidak diterapkanya aturan pencipta. Syekh Ali Ash Shobuny menjelaskan surat Thoha ayat 124 bahwa,” Barang siapa yang berpaling dari perintah-Ku dan berpaling dari apa yang Aku turunkan kepada rasul-rasul-Ku berupa syariat-syariat dan hukum-hukum, maka dia di dunia akan mendapati kehidupan yang sangat keras (susah)”.HTI hadir untuk merespon kondisi tersebut dengan solusi ajaran islam, yakni khilafah.
Kepedulian HTI diwujudkan dengan cara mencintai negeri ini. Cinta tidak cukup diucapkan saja namun butuh pembuktian. HTI telah membuktikan cintanya dengan cara berkhidmat dan berkorban selama dua puluh tahun lebih. HTI ingin membangun peradaban manusia yang bermartabat. Langkah strategisnya dengan membuang peradaban sampah yang dihasilkan idiologi kapitalis sekuler yang memisahkan agama dengan kehidupan. Untuk tujuan besar tadi, waktu,tenaga harta bahkan terkadang nyawa dipersembahkan semuanya. Sebagai bagian dari anak negeri , HTI senantiasa mengedepankan ukhwah islamiyah dalam menyampaikan visi misinya tanpa ada kekerasan sekecil apapun. Meski dalam perjuangan tersebut muncul penolakan, hambatan,rintangan bahkan tindakan fisik dari pihak yang merasa mencintai dan melindungi negeri ini.
Kita harus cinta dan bangga dengan kecap nomor satu, Namun tidak bijak jika kecap yang penuh virus kita biarkan. Membuang semua virus sekaligus sumber virusnya adalah cara cerdas dalam mencintai kecap tersebut. Indonesia tetap Indonesia, dengan khilafah virus bawaan kapitalis yang menggerogoti negeri akan bisa dibuang seakar-akarnya. Indonesia akan kuat dan bertambah besar disegani kawan dan ditakuti lawan. Ungkapan “gemah ripah loh jinawi toto tentrem kerto raharjo” akan terwujud, dan yang terpenting ridha pencipta sekaligus pemilik hakiki Indonesia ini bisa kita raih, Baldatun tayyibatun wa robbun ghofuur.
Jadi, HTI sangat mencintai Indonesia, cinta HTI in sya Allah 24 karat, bukan cinta yang sekarat. Bukan cinta monyet begitu dapat tawaran dunia lenyap tujuan cintanya, Juga buka cinta yang penuh karatan, tatkala ada udang dibalik cintanya. Udang yang dituju HTI sudah terang dan jelas, yakni selamatnya Indonesia dari cengkeraman kapitalis dan ingin menggapai ridho Allah SWT semata. Masihkah kita meragukan cinta HTI pada negeri ini?. Mari saling berlomba menawarkan solusi terbaik dari masalah negeri ini. Jika tidak punya, dukunglah solusi HTI demi negeri tercinta ini .HT sudah mewujudkan cinta sucinya pada Indonesia. Bagaimana dengan Anda?
Wallahu a’lam bish-showab.