Perancis, Pasca Kemenangan Emmanuel Macron


Oleh Rahmat Abu Zaki
(Dir. Lingkar Opini Rakyat-LOR)

Nama Emmanuel Macron kini tengah dielu-elukan oleh para pendukungnya. Sebab, ia terpilih menjadi presiden dan menang dalam pilpres Prancis.Kemenangan Emmanuel Macron memang tak diperkirakan sebelumnya. Apalagi ia melawan Marine Le Pen dari sayap kanan yang sudah populer lebih dahulu. Sosoknya pun memicu "gempa" politik dalam politik Prancis.

Setahun yang lalu, Macron hanya anggota pemerintahan salah satu Presiden Prancis paling tidak populer sepanjang sejarah. Kini, pada usia 39 tahun, dia yang berasal dari kubu sentris-independen justru memenangkan pemilihan sebagai orang nomor satu di negaranya.

Para pendukung menonton pidato kemenangan Emmanuel Macron di luar museum Louvre, Paris, Minggu (7/5). Macron menjadi presiden Prancis setelah telak mengalahkan rivalnya Marine Le Pen dalam Pilpres Prancis putaran kedua. Diawali dengan kemenangan pada pemilu Prancis putaran pertama sekitar dua pekan lalu, Macron terus melaju menuju singgasana presiden.[1]

Jerman, Uni Eropa, Inggris, dan AS menyampaikan ucapan selamat kepada Presiden Perancis terpilih, Emmanuel Macron, yang berhasil menyingkirkan Marine Le Pen. Juru bicara kanselir Jerman Angela Merkel dan mengatakan bahwa kemenangan Macron adalah juga kemenangan bagi Eropa yang kuat dan bersatu.

Kantor berita AFP melaporkan, Menteri Luar Negeri Jerman, Sigmar Gabriel, memuji  kemenangan Macron dan kemenangannya itu membuat Perancis “berada di jantung Eropa”. "Liberté, Egalité, Fraternité! Perancis memilih hari ini. Bangsa yang hebat, berada, dan tetap berada di tengah dan di jantung Eropa," demikian Gabriel berkicaya di Twitter, menggunakan slogan nasional Perancis yang berarti "kebebasan, keadilan, dan persaudaraan”.

Kepala Komisi Eropa, Jean-Claude Juncker, juga menyampaikan pernyataan senada dengan Angela Merkel.Sementara Perdana Menteri Inggris, Theresa May "dengan hangat" mengucapkan selamat kepada Macron, setelah hasil pemungutan suara pada Minggu (7/5/2017) menunjukkan ia mengungguli Marine Le Pen. "Perdana Menteri (May) dengan hangat mengucapkan selamat kepada Presiden Perancis terpilih, Macron, atas keberhasilan dalam pemilihan,” kata juru bicara Downing Street dalam pernyataannya."Perancis adalah salah satu sekutu terdekat kami dan kami berharap dapat bekerja sama dengan presiden baru dalam berbagai prioritas bersama," kata juru bicara.[2]

PERANCIS JANTUNG UNI EROPA

Bangsa Perancis adalah bangsa yang telah membentuk negara yang lama berakar di jantung Eropa. Perancis membanggakan diri pada negara-negara eropa lainnya bahwa mereka adalah bangsa yang mencetuskan ide-ide yang luhur seperti kebebasan, keadilan, dan persamaan.

Bangsa Perancis dikenal telah melahirkan tokoh-tokoh hebat dalam politik dan pemikiran. Tapi bagaimanapun Perancis adalah negara penjajah yang berbeda dengan negara lainnya dengan pengaruh kebebasan padanya sebagai karakter individu bangsa ini telah berubah menjadi suatu tradisi di kalangan orang Perancis bahkan menjadi satu tabiat  mereka.

Sejak menganut ide kebebasan, bangsa Perancis mempunyai sifat dasar terfragmentasi (individualis). Bangsa Perancis lebih mirip kumpulan individu daripada suatu umat, bangsa, atau komunitas. Maka, jarang sekali di Perancis ada satu pemerintahan atau kekuasaan yang kuat. Karena itulah, Inggris dengan mudah dapat memanfaatkan Perancis beberapa kali secara berulang-ulang. Walhasil, sejak runtuhnya Napoleon sampai era De Gaulle, Perancis selalu berjalan seiring dengan Inggris.

Hal itu dikarenakan berakarnya ide kebebasan di Perancis. Bahkan ketika Perancis keluar untuk menjajah di Amerika, Asia dan Afrika, itu pun karena diajak keluar oleh Inggris dalam rangka untuk memperkuat Inggris, meski yang nampak di permukaan adalah persaingan antar dua negara dalam sejarah penjajahan bagi dua negara.

Khithah politik Perancis adalah memperkuat Uni Eropa dan menjadikannya payung yang sepadan untuk menghadapi payung Amerika Serikat. Perancis juga berupaya membentuk kekuatan militer Eropa yang lepas dari NATO. Perancis berhasil mendapat dukungan Jerman untuk tujuan tersebut. Perancis dalam hal ini telah melakukan langkah politik yang sangat cerdas dengan mendapat persetujuan Jerman, sehingga mau tak mau Inggris bergabung dengan keduanya agar Inggris tidak terluput dari bagian rampasan perang jika upaya Perancis dan Jerman sukses.

Demikianlah, Perancis belakangan ini bersama Inggris dan Jerman untuk mewujudkan hal itu. Demikian pula ketiga negara itu telah berhasil merancang strategi jangka panjang Uni Eropa, untuk menjauhkan campur tangan negara-negara kecil atas Uni Eropa dan juga campur tangan negara-negara yang berambisi mempengaruhi Uni Eropa seperti Italia dan Spanyol.

Demikianlah Perancis telah berhasil menciptakan jalan masuk (ke arena Internasional), meskipun pada awalnya dimaksudkan untuk memperkuat Uni Eropa dengan membentuk cikal bakal kekuatan militer yang independen di Eropa dengan persetujuan Jerman dan Inggris.

Andaikata negara-negara kapitalis tidak memeluk kapitalisme yang menjadikan “manfaat individu” sebagai prioritas nilai setiap negara, niscaya mereka akan dapat mewujudkan sebuah Uni Eropa yang kuat dihadapan AS. Meski demikian, keberhasilan Perancis dalam mengajukan khithah politiknya kepada dua negara kuat Eropa (Jerman dan Inggris) dapat dianggap tindakan berpengaruh di hadapan AS, yang tidak dapat diabaikan begitu saja oleh AS.

KHATIMAH

Sesungguhnya bangsa Amerika, Inggris, Perancis, dan Rusia adalah bangsa-bangsa dari negara yang saat ini dianggap negara adidaya yang mempunyai dominasi utama dalam politik internasional di berbagai kawasan dunia. Bangsa-bangsa itu juga melakukan persaingan sesama mereka dengan kekuatan dan kelemahan yang berbeda kadarnya di antara mereka.[3]

Dengan mempelajari pengaruh mereka terhadap politik internasional pada abad ke 21 saat ini, dapat dibuat garis-garis besar politik Perancis. Perancis berbeda dengan Inggris. Sebab, Perancis melaksanakan politiknya atas dasar kepentingan Eropa semata. Perancis tidak peduli dengan AS. Perancis berupaya memperkuat Uni Eropa dan berupaya pula untuk mendominasinya agar menjadi kekuatan politik Eropa bersama (yang terpisah total dari AS) dan menjadi pesaing yang seimbang terhadap kekuatan AS di segala bidang, baik politik, ekonomi, militer, maupun budaya.

Bukan hanya terbatas pada bidang ekonomi atau kerja sama politik secara formal. Perancis menjadikan kedekatannya dengan Jerman sebagai batu loncatan untuk mewujudkan politik ini. Hal itu terjadi sedemikian rupa, sehingga poros Perancis-Jerman telah dianggap sebagai dasar politik Eropa bersama.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama