Oleh : Maulana B Sanjaya
(Departemen Luar Negeri BEM STEI
Hamfara)
Sering kita dengar dari berbagai
sumber bahwa dahulu ketika rezim orde baru masih bercokol di negeri
ini,kebebasan berserikat dan kebebasan berpendapat dikebiri. Tindakan represif
berbentuk pembredelan,pembubaran dan pengekangan atas nama “Anti Pancasila dan
Anti NKRI” seolah menjadi ancaman wajib bagi mereka yang kritis dan peduli
terhadap masalah negeri ini.
Anti Pancasila seolah menjadi alat
untuk membungkam suara suara cinta dari rakyat untuk penguasa. Suara cinta
itulah yang berupa kritikan,masukan
Rakyat yang mencintai negeri tentu akan memikirkan dengan keras
bagaimana solusi untuk negeri yang kacau karena kesalahan demi kesalahan,maka lahirlah
solusi yang berbeda dari solusi pemerintah atau menyentil pemerintahan,bukankah
ciri dari cinta adalah peduli ?
Sudah lupakah kita dengan tragedi
Tanjung Priok dan Trisakti ? Justru
mereka ini cinta Pancasila dan cinta NKRI,atas dasar apa keinginan masyarakat
untuk menginisiasi perbaikan dianggap sebagai tindakan kebencian yang layak
dihinakan dan dinistakan bahkan dibinasakan ? Bukankah itu sangat menyakitkan ?
Lebih menyakitkan ketika rezim saat
ini tega mengulang kesalahan masa lalu dengan melegalkan pembubaran pihak pihak
yang cinta pada negeri dengan dalih “Anti Pancasila dan Anti NKRI”. Mari
melihat secara jujur dan obyektif, Maka kita tidak akan temukan organisasi yang
berani menawarkan solusi perubahan yang lebih baik dan gamblang serta terbuka
untuk diskusi seperti Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).
Simaklah tulisan mereka dalam website
resminya,adakah pernyataan Anti NKRI & Anti Pancasila ? Lalu,unduh dan baca
kitab mereka yang berisi pemikiran mereka secara gratis dari website
mereka,bila masih kurang puas maka hadirilah forum forum mereka dan ajaklah
berdiskusi. Sepanjang pengamatan penulis,para anggota HTI tidak menutup ruang
diskusi kepada siapapun.
Lihatlah aktivitas HTI,kurang cinta
apa mereka kepada negeri ini dan Pancasila ? Mereka menolak papua lepas dari
Indonesia,mereka menolak kenaikan BBM dan menawarkan solusi sistem ekonomi
Islam,mereka menolak LGBT yang merusak bangsa Indonesia,mereka pun menolak
Komunis,mereka dengan lantang menolak
lepas tangannya pemerintah di bidang kesehatan !
Lebih dari itu,penulis juga melihat keunikan
tersendiri dari mereka,tak hanya mengkritik namun memberikan solusi yang tidak
parsial namun menyeluruh. Saya katakan Unik karena mereka menawarkan solusi
sistemik sekaligus solusi teknis untuk menyelesaikan permasalahan.
Di sisi lain,ketika ada yang menjual
kekayaan SDA negeri ini kepada asing,menistakan agama,setuju LGBT,meliberalkan
sektor strategis, liberalisasi sektor pendidikan justru tidak dianggap sebagai
tindakan Anti Pancasila dan Anti NKRI. Logiskah ?