Puspita Ningtiyas, mahasiswa STIS SBI
Surabaya
Indonesia
memang bukan negara Islam, karena perundang-undangannya tidak bersumber 100 %
dari Al-quran dan Sunnah Rasul. Indonesia juga bukan bagian integral
kekhilafahan di masa lampau ( di sekolah-sekolah umum khilafah sering di sebut
kerajaan Islam), sehingga sejarah islam
tidak begitu kentara sebagaimana di negeri-negeri Timur Tengah. Penduduk
indonesia pun tidak semua-nya beragama Islam, bahkan pemimpinnya tidak sedikit
yang non Islam. Sangat beragam, sehingga seolah Indonesia tidak bisa di
afiliasikan kepada entitas agama atau
ras tertentu.
Presiden Indonesia Joko Widodo di dalamnya
pidatonya yang diliput oleh salah satu media, kembali mengingatkan,
“keberagaman suku dan budaya yang ada di Indonesia adalah aset negara yang
harus dijaga. Jangan sampai muncul persoalan di tengah masyarakat yang
disebabkan oleh keberagaman tersebut. Saya hanya ingin titip, mumpung di
Sumatera utara, ingatkan semua, bangsa Indonesia terdiri atas berbagai macam
suku dan agama,ras. Suku saja ada 714 suku. Negara lain paling satu hingga tiga
suku, kita 714” ujar Jokowi di tugu titik nol pusat Peradaban islam Nusantara,
Barus, Tapanuli Tengah, Sumatera Utara seperti yang disampaikan oleh kepala
biro pers media dan informasi sekretariat presiden, jumat (
24/3/2017).Detiknews.com
Tidak
ada yang salah dengan keberagaman Indonesia. Terhadap perbedaan fisik, jenis
kelamin, nasab, suku, dan bangsa, manusia dipandang setara, tidak ada yang
lebih tinggi atau mulia dari yang lain. Sebab faktanya semua keberagaman tersebut terjadi dalam wilayah
yang tidak dikuasai manusia. Adapun terhadap keberagaman dalam kepercayaan,
sikap dan perilakunya, manusia tidak dipandang sederajat. Ada yang mulia dan
ada yang hina, bergantung pada kadar ketaqwaannya.
Jika
sebab kemuliaan manusia adalah ketaatanya kepada risalah Allah, dan
pembangkangan menjadi sebab kehinaan berarti yang benar adalah risalah Allah.
Sebaliknya semua keyakinan, nilai, gaya hidup, dan sistem kehidupan yang lain
adalah salah, sesat dan menyesatkan. Begitulah islam mensikapi keragaman
manusia dengan proporsi yang sesuai dengan fitrahnya, karena itulah 1400 tahun
islam mampu menjaga kemuliaan manusia, dengan keberagaman yang ada baik ras
atau agama, semua keberagaman itu di
bawah satu komando seorang khalifah. Sekian.