Oleh: Titok
Priastomo
Bagaimana
kalangan liberal bisa merasa "lebih mengenal Al-Qur'an" daripada para
ulama salaf maupun khalaf..?
Kenapa
kalangan liberal berani mengungkapkan pandangan yang berbeda dengan pendirian
umumnya umat Islam baik yang 'alim maupun awam dari kalangan salaf maupun
khalaf..?
Salah satu
jawabnya adalah karena mereka melihat Al-Qur'an layaknya seorang ilmuan alam,
seperti fisikawan, melihat objek kajiannya, katakanlah cahaya. Konon, seorang
ilmuan bisa berteori untuk menjelaskan suatu fenomena yang dia kaji. Teorinya
itu bisa tetap dianggap benar sampai ilmuan lain -atau dia sendiri- menemukan
kesalahannya kemudian mengungkapkan teori baru. Orang-orang yang belajar fisika
bilang bahwa dahulu para ilmuan menganggap bahwa cahaya merupakan gelombang.
Namun
belakangan, sampai sekarang, anggapan itu diketahui keliru. Para ilmuan
menjumpai bukti bahwa cahaya ternyata juga mempunyai sifat-sifat yang dimiliki
oleh partikel disamping sifat-sifat gelombang. Dari sini orang mengatakan bahwa
kebenaran sains itu bersifat tentatif (sementara, dapat berubah). Perubahan
serupa terjadi dalam banyak teori lain. Fakta itu menunjukkan bahwa, secara
akumulatif, pengetahuan manusia itu akan terus menjadi lebih baik dari waktu ke
waktu. Teori yang lama akan disempurnakan dan diperbaiki oleh teori yang baru,
begitu seterusnya.
Apa yang
terjadi dalam ranah sains ini mempengaruhi kalangan liberal. Mereka seolah
mendudukkan Al-Qur'an sebagai "misteri ilmiah" yang senantiasa
menantang intelek manusia untuk memecahkannya. Pengetahuan "para
ilmuan" terhadap Al-Qur'an dari waktu ke waktu menjadi lebih baik. Apa
yang dikemukakan oleh para ulama pendahulu dianggap sebagai "teori-teori
purba" mengenai Al-Qur'an. "Ilmuan Al-Qur'an" yang hidup di masa
sekarang memiliki "pengelihatan" yang lebih jelas, dengan
memanfaatkan temuan-temuan yang lebih dahulu dan memanfaatkan ilmu-ilmu modern,
mereka bisa menemukan "kelemahan-kelemahan" pendapat dari ulama masa
lalu itu.
Dengan
demikian, menurut mereka, pengetahuan "ilmuan Al-Qur'an" kontemporer
menjadi lebih baik daripada ulama pada masa lalu. Teori yang mereka kemukakan
pun memiliki nilai kebenaran yang lebih akurat daripada masa lalu. Bahkan,
mereka bisa menilai bahwa ternyata "ilmuan Al-Qur'an" masa lalu
secara tak sadar masih terjebak pada "ideologi-ideologi" negatif
seperti kecenderungan Arabisme atau patriarkisme.
edun-kan?
Tahu,
problem mereka di mana?