OLEH RAHMAT ABU ZAKI
(Analis di Pusat Kajian Data dan
Analisis-PKDA)
Hanya dalam dua pekan Amerika
Serikat (AS), unjuk kekuatan militernya. Setelah menyerang Syiria dengan 59
rudal penjelajah Tomahawk dan mengirimkan kapal induk ke perairan yang
membatasi Korea Selatan (Korsel) dan Korea Utara (Korut), kini mereka menyerang
militant Islamic State (IS) alias ISIS di Afghanistan.
Bukan dengan bom biasa,
melainkan dengan bom non-nuklir terbesar dan terkuat yang dimiliki Negeri Paman
Sam. Yakni, GBU-43/B Massive Ordnance Air Blast (MOAB) alias ibu dari semua
bom.
Bom yang dibawa pesawat kargo
MC-130 itu dijatuhkan di Asadkhel, Distrik Achin, Provinsi Nangarhar,
Afghanistan, Kamis (13/4) pukul 19.32 waktu setempat. Sebanyak 36 anggota ISIS
tewas dan tidak ada korban dari penduduk sipil. Presiden AS Donald Trump
menyebut serangan itu sukses besar. Namun, keputusan AS untuk menjatuhkan MOAB
memantik kritik dari berbagai pihak. Sebab, di Afghanistan, hanya ada 600-800
pasukan ISIS.
MOAB memang bukan bom nuklir,
tetapi guncangannya luar biasa. Banyak rumah penduduk di Distrik Achin yang
retak dan kaca-kaca rusak. Anak-anak dan orang tua ketakutan luar biasa. (Jawa
Pos, Sabtu 15 April2017)
NILAI
STRATEGIS AFGHANISTAN
Apa sebenarnya yang membuat
Amerika Serikat bertahan di Afghanistan ? Dibanding dengan negara-negara asia
selatan lainnya, jumlah penduduk relative sedikit, tetapi dianugerahi suatu
kekayaan alam melimpah yang belum tergali.
Posisi Afghanistan sangat penting
dalam keseimbangan energi dan listrik di Asia Tengah, karena posisi geografis
yang strategis sebagai rute transit potensi minyak dan ekspor gas alam dari
Asia Tengah ke Laut Arab. Termasuk jalur penting pengiriman minyak dan gas alam
dari Siberia dan negara Asia Tengah ke bagian selatan dan timur Asia.
Menurut laporan AFP,
Afghanistan adalah negara yang mempunyai cadangan mineral paling kaya, yang
menwarkan harapan bagi sebuah negara yang tenggelam dalam kemiskinan setelah
puluhan tahun menghabiskan dana perang. Endapan tembaga, besi, emas, minyak
gas, dan batu bara, serta permata, sebagian besar belum di manfaatkan dan masih
sedang dipetakan.
Eksploitasi besar-besaran
tembaga ( salah satu yang terbesar di dunia) sekitar 30 kilometer (20 mil)
timur Kabul, terus terjadi. Sewa 30 tahun tambang tembaga Aynak itu ditawarkan
kepada China Metallurgical Group Corporation dan kontraknya sedang
diselesaikan. Diperkirakan deposit Aynak memiliki lebih dari 11 juta ton (
tembaga) berdasarkan survey tahun 1960-an oleh Uni Soviet dan sebuah studi baru
oleh United States Geological Survey (USGS).
Proyek kolosal yang mewakili
Aynak ini hanya sebagian kecil dari sumber daya alam Afghanistan. USGS
memperkirakan terdapat 700 miliar meter kubik gas dan 300 juta ton minyak di
beberapa propinsi utara.
WAR
ON TERRORIST
Secara geografi, kedudukan
negara Afghanistan berada ditengah-tengah Asia Selatan, Timur Tengah dan Asia
Tengah, menjadikan Afghanistan berada di tengah-tengah dunia Islam, serta
mempunyai masyarakat yang kental dengan
nilai Islamnya, sehingga Afghanistan sangat mungkin menjadi tempat berdirinya
Daulah Khilafah Islamiyah.
Disamping itu, penting bagi AS
membendung sejak dini gerakan-gerakan Islam yang semakin menguat di wilayah ini
yang menginginkan penegakan Syariah dan Khilafah. Dengan isu perang melawan
terorisme AS dan sekutunya melakukan intervensi mewujudkan berbagai
kepentingan. Perang melawan mujahidin di Afghanistan menjadi dasar legitimasi
“war on terrorist” di seluruh dunia. Demokrasi menjadi alat untuk penjajahan
dunia.
Pangkal persoalan di
Afghanistan adalah keberadaan pasukan AS dan sekutunya yang telah menjajah
negara itu yang diperkokoh pemerintahan boneka. Walhasil langkah pertama dan
utama menyelesaikan krisis Afghanistan harus bersatu dan mengatur diri mereka
sendiri dengan syariah Islam. Berbagai perbedaan sekte, suku, madzab haruslah
ditinggalkan semuanya kepada syariah Islam.
KHATIMAH
Hegemoni AS telah sedemikian menggurita dalam
sendi-sendi kehidupan sehari-hari di masyarakat negeri Islam maupun negeri-negeri
non-Islam. AS telah menyebarkan kerusakan di negeri-negeri dimanapun dia
berada, seperti yang diperbuat AS di Afghanistan, Syiria, Timur Tengah, Afrika,
Asia Selatan, Korea Utara, bahkan di Amerika Latin.
Tetapi hegemoni AS ini tidak akan
berlangsung lama. Hegemoni AS sedang menuju jurang kehancuran. Sebab, meski
eksistensi AS dapat dilihat di setiap susut permukaan bumi dan para penguasa
bekerja sama dengan eksistensi ini,
tetapi kebencian berbagai bangsa dunia khususnya umat Islam semakin besar
terhadap AS. Kebencian sebagian besar mereka kepada AS semakin bertambah
disebabkan kekurangajaran dan kesombongan AS dan keberpihakan AS kepada Yahudi.
Hal itu juga disebabkan penjajahan dan perbudakan AS terhadap negara lain.
Sesungguhnya keberadaan sebuah
negara yang mengadopsi kapitalisme, yang melakukan penjajahan dan penghisapan
negara lain, serta posisi negara ini sebagai pemimpin dunia tanpa kekuatan yang
menyainginya dalam kepemimpinan dunia, akan menjadikan dunia berada dalam
penderitaan terus-menerus, mengalami masalah-masalah yang beruntun dan
mengalami krisis yang susul menyusul. Apa yang dapat disaksiakan dan dirasakan,
seperti kerusakan dan pengerusakan dunia oleh AS, juga rekayasa AS yang susul
menyusul, telah menguatkan hal tersebut.
Penderitaan dan kesengsaraan
dunia yang dihasilkan dari negara-negara kapitalis, khususnya AS, tidak akan
lenyap kecuali dengan tegaknya negara Khilafah Islamiyah yang akan menerapkan
ideology yang haq, yaitu Islam yang agung yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW sebagai rahmatan lil alamin.
Pada saat itu, keadilan Islam
akan dapat menyingkapkan ketamakan kapitalisme, dalam pemikirannya yang
materialistic dan metode imperialism mereka. Demikian pula kekuatan Islam yang
baik akan menghancurkan kesombongan dan arogansi AS, serta akan memaksa AS
untuk kembali ke isolasinya dan “dunia barunya”, andaikata “dunia baru” itu
masih ada. Kemudian kebaikan akan dapat tersebar luas ke seluruh penjuru dunia
dan dunia pun akan dapat bernafas lega setelah lama menderita dan sengsara.
Catatan Kaki :
1)
Jawa Pos, Sabtu 15 April2017
2)
Farid Wadjdi 2010. Menantang Amerika menyingkap
imperalisme Amerika di bawah Obama. Penerbit Al Azhar Press
3)
Taqiyuddin an-Nabhani 2005. Konsepsi Politik Hizbut
Tahrir (edisi Mu’tamadah). HTI Press