Oleh
Suhari Rofaul Haq (Praktisi Pendidikan dan Politik)
Krisis multidemensi akibat penerapan sistem kapitalisme-sekularisme kian
menjadi. Semakin hari kuantitas dan kualitasnya tambah
mengkawatirkan. Ibarat tanaman, kapitalisme-sekularisme menghasilkan buah yang
sangat busuk dan membahayakan. Dalam bidang
sosial-kemanusian seperti benang kusut yang sulit dicari ujung
pangkalnya. Betapa tidak, ditengah hingar bingar dan gemerlapnya kehidupan
ibukota muncul berita menghebohkan, Video bunuh diri
live facebook. Pelaku dua kali live di facebook. Video pertama berdurasi
1 menit 5 detik, Sementara
video live
yang kedua berdurasi 1 jam 44 menit. Di video kedua, pria yang mengaku bernama
Indra itu merekam secara langsung aksinya mendekati tali yang sudah tergantung.
Dia kemudian menggantung dirinya sendiri. Kejadian bunuh diri tersebut
dikonfirmasi oleh Pejabat Humas Polsek Jagakarsa Aiptu Khairul."Iya ada
bunuh diri, tapi nanti detailnya saya kirim. Soalnya yang ke TKP itu Kanit
Reskrim," katanya. 17/3/2017https://news.detik.com.
Menanggapi
peristiwa tersebut, Psikolog Reza Indragiri bertanya, apakah benar pelaku ingin
bunuh diri atau kebutuhannya untuk
mendapatkan pertolongan, karena sesaat sebelum gantug diri pelaku menyebut
menyanyagi istri dan anaknya. Rezapun berusaha menerangkan,”Tapi karena
tidak tersedia telinga, tidak tersedia
mata, tidak tersedia tangan yang diulurkan, maka ya sudah orang itu semakin
tenggelam dalam pemikiran sempit bahwa bunuh diri adalah solusi, padahal ini
adalah solusi yang salah” Sambungnya di detiknews,18/3/2017. Apapun motif pelaku kita harus bertanya, Kenapa dia bunuh dengan cara
demikian. Sejauh mana peran masyarakat dan negara dalam menjaga warganya, serta
pertanyaan lainnya.
Tanda Masyarakat Sakit
Bunuh diri atau suicide
adalah tindakan yang ditujukan untuk mengakhiri hidup sang pelaku sendiri. Apa
yang dilakukan Indra termasuk bunuh diri rasional, terjadi melalui pertimbangan
akal. Ia gagal dalam melakukan coping/penyesuaian diri dari permasalahan yang
dihadapinya, yakni cemburu. Dalam kapitalisme-sekularisme angka bunuh diri
sangat tinggi. Data Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan,Di dunia,
800.000 orang bunuh diri setiap tahun. Angka bunuh diri di Korsel yaitu 36,8
dari 100.000 penduduk. Di urutan kedua adalah Guyana dengan 34,8 dan Lituania
33,5.Di Indonesia, kasus bunuh diri 3,7 per 100.000 penduduk.
Dibandingkan negara-negara Asia
lain, prevalensi itu lebih rendah. Namun dengan 258 juta penduduk, berarti ada
10.000 bunuh diri di Indonesia tiap tahun atau satu orang per jam. Tribunjambi,Jumat, 9 /9/2016. Fantastis.
Tingginya angka bunuh diri terjadi akibat logis dari penerapan
kapitalisme-sekularisme. Kapitalisme memaksa rakyat makin sekular, jauh dari agama, materialistik, hedonistik (hanya
mengejar kesenangan duniawi),
dan hanya mementingkan diri sendiri.
Akibatnya, ikatan antar individu dan masyarakat makin pudar. Jalinan
keluargapun semakin
mengkawatirkan. Hidup nafsi-nafsi, sepi dalam keramaian. Kepedulian terhadap sesama dan kemauan untuk berbagi makin
langka. Rakyat harus
menanggung beban hidup sendiri. Beban hidup yang semakin berat. Negara yang seharusnya berperan mengurusi rakyat sibuk dengan urusan sendiri. Negara tak peduli lagi dengan kondisi,
keimanan dan ketakwaan rakyatnya.
Pada
saat daya tahan rakyat terkikis akibat menguatnya ide materialisme dengan tolok ukur
kebahagiaan menurut materi, ditambah pemikiran yang ‘kosong agama’, hasilnya perasaan
kolektif yang kacau dari penerpan sistem yang zalim. Sementara beban hidup silih berganti tiada henti, maka bunuh diri
menjadi salah satu jalan pintas. Lebih-lebih
contoh gaya hidup dari luar bebas diperoleh. Bisa jadi apa yang dilakukan Indra terpengaruh dengan gaya hidup dan budaya Jepang ‘harakiri”. (Pandangan yang menganggap bunuh diri adalah perbuatan terhormat dan
mulia, cara yang lebih terhormat untuk “hidup” daripada hidup dengan rasa malu). Atau apa yang dilakukan seorang perempuan muda belia, Katelyn Nichole Davis (12)
asal Amerika Serikat yang menggantung
dirinya dengan seutas tali yang ia pasangkan di pohon. Dengan menggunakan aplikasi streaming Live.me,
seluruh proses tragis tersebut direkam
dari awal keluar rumah hingga ia
menemui ajalnya. tribunnews.com › 6/1/2017. Inilah ciri
masyarakat sakit buah dari sistem cacat dari asal.
Masyarakat Islam Itu Sehat
Negeri ini bermula
dari orang-orang hebat lagi sholeh. Mulai dari Wali Songo, Raden Fattah, Fatahillah, P.Diponegoro, Cut Nya’ Dien sampai KH.Hasyiem
Asy’arie, KH Ahmad
Dahlan dan lainnya. Mereka adalah buah dari masyarakat dan sistem islam. Apa yang terjadi sekarang, sungguh kebalikannya. Banyak orang baik berubah
menjadi orang jelek. Sudah banyak fakta tak terbantahkan sebagai bukti. Dalam hal
korupsi saja mulai orang biasa sampai orang luar biasa sudah bisa dan biasa korupsi.
Itu semua terjadi karena sistem yang
diterapkan adalah sistem yang rusak dan merusak. Masyarakat adalah sekumpulan
manusia yang terikat oleh pemikiran,perasaan dan sistem/aturan yang sama yang
terjadi interaksi di dalamnya.J ika sistemnya rusak maka masyarakatpun akan
rusak.
Untuk
memperbaiki masyarakat harus dengan
memperbaiki pemikiran, perasaan dan sistem/aturan yang ada. Masyarakat Madinah adalah model terbaik dari
masyarakat sehat dan berperadaban tinggi. Semua pemikiran dan perasaan satu
atas dasar wahyu ilahi, Islam. Hasilnya penduduk Arab jahiliyah yang dulunya rusak,
saling bunuh,suka perang,peminum,berjudi,berzina dan sebagainya bisa berubah
menjadi manusia terhormat dan mengukir peradaban emas. Nabi saw menggambarkan
keutamaan Madinah ketika menerapkan islam sebagai alat peniup tungku pandai
besi, yang mampu menyingkirkan karat besi. “ Madinah itu seperti tungku
(tukang besi) yang bisa membersihkan debu-debu yang kotor dan membuat cemerlang
kebaikan-kebaikannya”.(HR.Al Bukhori).
Muhammad Husain
Abdullah,1996, menyebutkan bahwa islam akan menjaga 8 hal dalam masyarakat,
yang meliputi; Menjaga agama, jiwa, akal, keturunan, harta benda, kehormatan, keamanan dan negara. Islam akan memberikan
solusi paripurna dalam mengatasi problem masyarakat, sehingga akan tercipta
masyarakat sehat dengan ciri; anggotanya bertakwa, pemikiran yag ada lurus
berdasar wahyu sebagai pondasi masyarakat, perasaan kebersamaan yang kuat dalam
kerangka amar ma’ruf nahi mungkar dan penerapan sistem yang adil dalam
mengatasi persoalan. Umat butuh sistem yang agung itu mampu
diterapkan dalam bingkai Khilafah Ar Rosyidah
. Selama islam belum diterapkan, bunuh diri dengan segala caranya pasti akan
terulang kembali. Maka Negara harus segera mengakhirinya dengan menerapkan
islam sebagai sistem yang
mengatur kehidupan. Jangan tunggu korban lainnya, jika tak ingin
menjadi negara sakit. Ayo Indonesia Move Up, karena Move On saja tidak cukup.
Wallahu a’lam bish showab.