Lutfi Sarif Hidayat, SEI
Direktur Civilization Analysis Forum (CAF)
Hizbut Tahrir Indonesia
(HTI) kembali menjadi sorotan dan perbincangan publik. Isu paling hangat adalah
berkaitan dengan gagasan Khilafah yang selalu disuarakan oleh HTI. Bagi pihak
yang salah faham terhadap HTI, mereka kemudian membenturkannya dengan
eksistensi dari pilar-pilar penting negara Indonesia. HTI dianggap sangat
berbahaya karena akan mengganggu sesuatu yang dinilai sangat penting di
republik ini, yakni Pancasila.
Buntutnya HTI mendapat
banyak intimidasi dari pihak-pihak yang salah faham. Contohnya adalah banyaknya
kasus pembubaran kegiatan-kegiatan HTI dan anggota-anggotanya. Meski secara
hukum masih bisa diperdebatkan, oknum-oknum yang salah faham ini terus
melakukan tindakan brutal tersebut.
Bahkan ada sebagian dari
mereka yang menghendaki pembubaran HTI sebagai sebuah organisasi, hingga
kemudian menjadi salah satu kajian dari Kemenkunham. Menurut hemat saya ini
sudah terlalu berlebihan. Sebab secara terbuka pihak HTI, baik melaui Juru
Bicara-nya maupun media resmi-nya sudah menjelaskan secara gamblang bagaimana
sebenarnya arah perjuangan mereka dan hubungannya dengan Pancasila.
Terlebih, jika dicermati
HTI sangat sedikit diberikan panggung untuk dialog bersama. Karena alih-alih
diberikan kesempatan secara terbuka untuk menjelaskan duduk persoalannya.
Justeru acara-acara HTI yang notabene adalah baik dalam rangka perbaikan negeri
diintimidasi, diteror dan bahkan dibubarkan. Maka sesungguhnya ada
ketidakadilan yang sedang dijalankan oleh sebagian pihak dan bahkan pengampu
kebijakan di negeri ini terhadap HTI.
Dengan demikian, sebagai
warga negara saya sangat prihatin dengan kondisi Indonesia. Masyarakat sepertinya
digiring untuk menjalankan kepentingan-kepentingan tertentu dengan mengorbankan
pihak lain sebagai tumbalnya. Pasti ada permainan besar dibalik semua
cerita-cerita tersebut. Entahlah akan sampai kapan kepentingan besar ini
bermain memainkan adu domba dan pecah belah dengan dalih-dalih kosong seperti Anti
Pancasila, Anti NKRI, radikalisme, makar dan intoleran. Sebab pada faktanya
isu-isu tersebut hanya menjadi tameng bagi sebagian kepentingan yang bukan
berpihak kepada rakyat. Sehingga sangat disayangkan jika aparat yang semestinya
melayani rakyat ikut terseret dalam jebakan tersebut.
HTI Menjadi Harapan
Saya melihat bahwa HTI
adalah cahaya bagi rakyat ditengah gelapnya hidup di Indonesia. Indonesia
sedang dalam masalah yang begitu rupa. Hampir semua lini kehidupan di Indonesia
semuanya berisi tumpukan masalah yang belum selesai. Baik dalam masalah
ekonomi, politik, hukum, sosial, pendidikan dan lain sebagainya.
Di sinilah kemudian saya memandang
HTI menjadi harapan karena berani menawarkan solusi tuntas. HTI ingin agar
masalah-masalah di Indonesia khususnya dan umat Islam pada umumnya bisa
terselesaikan. Saya melihat dengan hati dan akal pikiran bahwa HTI hadir membawa
gagasan yang jernih sebagai penyelesaian atas segenap problem yang ada.
HTI Berjuang dengan
Kualitas Berkelas
Setelah bertahun-tahun
berinteraksi bersama HTI saya mempunyai pandangan bahwa perjuangan yang
dilakukan HTI sangatlah berkelas atau luar biasa. Paling tidak ada tiga hal
dalam rangka menguatkan pandangan saya ini.
Pertama
adalah visi besar HTI yang sangat luar biasa. HTI adalah sebuah partai politik
yang unik dengan Islam sebagai acuan pokoknya. Tujuannya adalah menjadikan
Islam diterapkan secara penuh dalam ranah pribadi, keluarga, masyarakat dan
bernegara. HTI ingin kehidupan Islam yang dulu pernah ada bisa terwujud kembali
di masa sekarang. Sebab nyatanya penerapan Islam secara menyeluruh adalah
kewajiban.
Dalam rangka menerapkan
Islam secara menyeluruh inilah dibutuhkan sebuah entitas politik yang disebut dengan
Khilafah. Khilafah bukanlah gagasan baru sebagaimana banyak kalangan
berpendapat. Justeru sebaliknya, Khilafah adalah ajaran yang murni datang dari
Islam. Sebagai bukti sederhana, saya akan kutipkan pernyataan dari cendekiawan
(ulama) muslim zaman dulu.
Seorang cendekiawan muslim
bernama Imam Ibnu Hazm (w. 456
H) pernah
mengatakan,”Telah sepakat semua
Ahlus Sunnah, semua Murji`ah, semua Syi’ah, dan semua Khawarij atas wajibnya
Imamah (Khilafah)...” (Ibnu Hazm, Al Fashlu fi Al Milal wal Ahwa` wan Nihal, Juz 4 hlm. 87).
Beliau menyampaikan dalam kesempatan lain bahwa,”Mereka (ulama) telah sepakat bahwa Imamah (Khilafah)
itu fardhu dan bahwa tidak boleh tidak harus ada seorang Imam (Khalifah),
kecuali An Najadat...” (Ibnu Hazm, Maratibul Ijma’, hlm. 207)
Sehingga sangat jelas bahwa
apa yang selalu HTI suarakan mempunyai landasan yuridis Islam begitu kuat. Apa
yang selama ini didengar jika isu Khilafah ini hal baru adalah omong kosong
tanpa argumen. Inilah visi yang sangat berkelas dengan tawaran solusi luar
biasa. Sebab dalam penerapan Islam, akan dijumpai seperangkat aturan yang akan
menjawab kebutuhan-kebutuhan dalam penyelenggaraan sebuah negara. Problem
ekonomi, politik, hukum dan lainnya akan sangat mungkin teratasi.
Kedua adalah
metode perjuangan dari HTI yang konsisten dan begitu berkelas. HTI berjuang
dengan metode tertentu yang memiliki esensi pemikiran, politik dan tidak
menggunakan kekerasan. Dan kemudian dijabarkan menjadi tiga tahapan dalam
berjuang. Tahap pertama adalah tahap
pembentukan gerakan, dimana saat itu ditemukan benih gerakan dan terbentuk kelompok binaan awal setelah
memahami konsep dan metode dakwah HTI.
Tahap kedua adalah tahap berinteraksi dengan
masyarakat, agar umat turut memikul kewajiban menerapkan Islam serta
menjadikannya sebagai masalah utama dalam hidupnya. Pada tahapan ini HTI
melakukan aktivitas pembinaan intensif bagi
kader-kadernya, pembinaan umum bagi masyarakat, ash-shira’ul
Fikri (pergolakan pemikiran), al-kifaahus siyasi (perjuangan
politik).
Pergolakan pemikiran dilakukan
dalam rangka menentang ideologi, peraturan-peraturan dan
ide-ide kufur, selain untuk menentang aqidah yang rusak, ide-ide yang sesat dan
pemahaman-pemahaman yang rancu. Aktivitas ini dilakukan dengan cara menjelaskan
kepalsuan, kekeliruan dan kontradiksi ide-ide tersebut dengan Islam, untuk
memurnikan dan menyelamatkan masyarakat dari ide-ide yang sesat itu, serta dari
pengaruh dan dampak buruknya.
Bentuk-bentuk perjuanan politik
yang dilakukan HTI adalah dengan
berjuang menghadapi negara-negara kafir imperialis yang menguasai atau
mendominasi negeri-negeri Islam; berjuang menghadapi segala bentuk penjajahan,
baik penjajahan pemikiran, politik, ekonomi, maupun militer. Mengungkap
strategi yang mereka rancang, membongkar persekongkolan mereka, demi untuk
menyelamatkan umat dari kekuasaan mereka dan membebaskannya dari seluruh
pengaruh dominasi mereka.
Kemudian menentang para
penguasa di negara-negara Arab maupun negeri-negeri Islam lainnya;
mengungkapkan (rencana) kejahatan mereka; menyampaikan nasihat dan kritik
kepada mereka. Dan berusaha untuk meluruskan mereka setiap kali mereka merampas
hak-hak rakyat atau pada saat mereka melalaikan kewajibannya terhadap umat,
atau pada saat mengabaikan salah satu urusan mereka. Disamping berusaha untuk
menggulingkan sistem pemerintahan mereka, yang menerapkan perundang-undangan
dan hukum-hukum kufur, yaitu dengan tujuan menegakkan dan menerapkan hukum
Islam untuk menggantikan hukum-hukum kufur tersebut.
Ketiga mengapa
HTI begitu berkelas dalam perjuangannya adalah karena kegigihan, kesabaran dan
konsistensi HTI dalam berjuang. Meski HTI mendapat banyak sekali tekanan, dan
bahkan sampai pada intimidasi fisik. HTI tidak pernah berhenti atau tetap
istiqomah menyuarakan gagasan-gagasannya dalam setiap kegiatannya. HTI selalu berusaha
membangun kesadaran dan memberikan edukasi kepada masyarakat bahwa semua
masalah di dalam negeri ini bisa untuk diselesaikan.
Saya jadi teringat dengan
apa yang dihadapi oleh Nabi Muhammad ï·º beserta para pengikutnya ketika dulu membawa risalah Islam. Dalam
sebuah perjumpaan seorang bernama Waraqah berkata kepada Rasulullah ï·º :
"Demi Dzat yang menguasai
jiwaku, sungguh kamu benar-benar Nabi bagi umat ini. Telah datang kepadamu
an-Namus al-Akbar (Jibril) yang (dulu juga) datang kepada Musa. (Setelah ini),
kamu akan benar-benar didustakan, disakiti, diusir dan diperangi. Dan
seandainya aku mendapatkan hati itu, niscaya aku akan sungguh-sungguh menolong
(agama) Allah dengan mengajari mereka." Lalu Waraqah mencium ubun-ubun
Rasulullah ï·º, kemudian Rasulullah ï·º pulang ke rumahnya.
Prof. DR. Muh. Rawwas Qol'ahji
mengomentari riwayat tersebut dengan mengatakan, “Sunatullah bagi para Nabi
dan para pengemban dakwah adalah bahwa mereka akan selalu dihadapkan dengan
berbagai penyiksaan, sehingga seorang pembohong dan pendusta tidak akan
memasuki medan dakwah, sebab bendera dakwah tidak akan diemban, kecuali oleh
orang yang ikhlas. Seandainya dakwah itu dibiarkan diemban oleh sembarang
orang, niscaya banyak orang yang mengaku menjadi Nabi, dan risalah kenabian
diemban oleh mereka yang sebenarnya tidak beriman. Namun, semua orang tahu
bahwa jalan dakwah dipenuhi dengan hal-hal yang tidak menyenangkan dan
menyakitkan. Sehingga tidak mungkin memasukinya, kecuali orang yang ikhlas,
jujur dan terpercaya.”
Meski HTI bukanlah kumpulan orang
yang secara langsung berjuang bersama Nabi Muhammad ï·º dan bukan berisi
manusia-manusia sempurna. Namun, HTI selalu menyandarkan setiap jengkal
perjuangannya berdasarkan apa yang dicontohkan Nabi Muhammad ï·º. Sehingga wajar, jika
HTI begitu sabar, gigih dan konsisten dalam perjuangannya. Dan bagi saya semua
itu menunjukkan jika HTI adalah sebuah organisasi yang sangat berkelas.
Jogja, 03 Mei 2017