Oleh: A. Mubarok
Kurang dari 100 hari lagi, kaum
muslimin di Indonesia akan bertemu dengan bulan istimewa, Ramadhan al-Kariem, yang
didalamnya setiap dari umat Islam diwajibkan untuk melakukan puasa.
Ayat yang sering diulang dalam
al-Quran pada sebagai landasan normative puasa oleh kaum muslimin tidak lain
tidak bukan adalah ayat yang sering kita dengar yakni dari Surat al-Baqarah ayat
183 yang berbunyi:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا
كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ
تَتَّقُونَ
Hai orang-orang yang beriman,
diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum
kamu agar kamu bertakwa
Kemudian juga hadits Nabi sebagai
landasan normative berpuasa di bulan Ramadhan, yang berbunyi:
بُنِيَ الإِسْلَامُ عَلَى خَمْسٍ
، شَهَادَةِ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ
، وَإِقَامِ الصَّلَاةِ ، وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ ، وَحَجِّ الْبَيْتِ ، وَصَوْمِ رَمَضَانَ
Islam dibangun dari lima perkara
(1) bersyahadat bahwasanya tiada yang patuh disembah kecuali Allah dan Muhammad
adalah hamba-Nya dan pembawa risalah-Nya (2) Mendirikan Sholat (3) Menunaikan
Zakat (4) Haji di Baitullah dan (5) Berpuasa di bulan Ramadhan (HR Bukhari dan
Muslim)
Praktis jika sudah mendengarkan
kedua dalil diatas, kaum muslimin akan begitu patuh terhadapnya. Ini tentu
adalah sebuah keutamaan, mengerjakan perintah-Nya.
Akan tetapi, ternyata kita
ternyata tidak sepenuhnya jujur kepada Allah SWT dalam menjalankan perintah-Nya
tersebut. Kita masih memilah dan memilih atas ayat yang seharusnya dilakukan
dan mana yang dapat di kompromikan. Contoh ayat tentang riba.
Di surat yang sama di ayat yang
ke 275 Allah SWT berfirman:
الَّذِينَ يَأْكُلُونَ الرِّبَا
لَا يَقُومُونَ إِلَّا كَمَا يَقُومُ الَّذِي يَتَخَبَّطُهُ الشَّيْطَانُ مِنَ الْمَسِّ
ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ قَالُوا إِنَّمَا الْبَيْعُ مِثْلُ الرِّبَا وَأَحَلَّ اللَّهُ
الْبَيْعَ وَحَرَّمَ الرِّبَا
Orang-orang yang makan
(mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang
kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang
demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual
beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba
Dan dalam hadits berbunyi:
لَعَنَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ آكِلَ الرِّبَا وَمُؤْكِلَهُ وَكَاتِبَهُ وَشَاهِدَيْهِ وَقَالَ
: هُمْ سَوَاءٌ
Rasullah melaknat kepada orang
yang memakan riba, memberi makan, yang menuliskan transaksinya dan menjadi
saksi atasnya. Semuanya berdosa (HR Bukhari)
Sampai saat ini, umat Islam masih
banyak gemar melakukan aktivitas ribawi di dalam transaksinya seperti melakukan aktivitas tabung-menabung di
bank, pembiayaan dengan bunga, kredit dengan leasing, dan sebagainya. Parahnya,
semuanya dilakukan dengan sadar. Ini jelas kemaksiatan yang nyata.
Jika disampaikan ayat al-Quran
dan Hadits tentang riba diatas, maka kebanyakan dari kita menutup mata dan
telinga, bahkan mungkin hati juga. Lalu dikatakan, “kalau tidak mengambil riba?
Keluarga kita makan apa?”. Sungguh celaka, bahkan mengesampingkan adanya Allah
SWT sebagai ar-Razzaq, Maha Pemberi Rezeki.
Jika boleh dikatakan, maka
sesungguhnya kita tidak adil pada ayat Allah, kita memilah dan memilih ayat,
kita tidak jujur pada Allah. Kita seolah meyakini ayat puasa dan mengabaikan
ayat tentang riba. Na’udzubillah min dzalik.
Bukankah mengabaikan sebagian
ayat saja adalah termasuk mengkufurkan seluruh ayat? Mari kita renungkan Surat
al-Baqarah ayat ke 85 berikut ini.
أَفَتُؤْمِنُونَ بِبَعْضِ الْكِتَابِ
وَتَكْفُرُونَ بِبَعْضٍ ۚ فَمَا جَزَاءُ
مَن يَفْعَلُ ذَٰلِكَ مِنكُمْ إِلَّا خِزْيٌ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖ وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ
يُرَدُّونَ إِلَىٰ أَشَدِّ الْعَذَابِ
Apakah kamu beriman kepada
sebahagian Al Kitab dan ingkar terhadap sebahagian yang lain? Tiadalah balasan
bagi orang yang berbuat demikian daripadamu, melainkan kenistaan dalam
kehidupan dunia, dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang
sangat berat.
Maka marilah kita bertakwa dengan sejujur-jujurnya dan memposisikan semua ayat perintah dan larangan dengan adil, agar supaya kita bukan orang yang dinistakan di dunia oleh Allah, dan bukan pula orang yang disiksa di Hari Kiamat dengan siksaan yang berat.