MEMBANGUN ADIDAYA BARU (SERI 2)
DONALD TRUMP, PEMAIN BARU DI PANGGUNG YANG SAMA
Oleh : Rahmat Abu zaki (Syabab Hizbut Tahrir Indonesia)
Donald John Trump jadi presiden terpilih Amerika Serikat (AS) setelah mengalahkan rivalnya, Hillary Rodham Clinton, dalam pemilihan presiden (Pilpres) AS (9/11/2016) WIB. Sejumlah pemimpin dan politisi dunia sudah bereaksi atas kemenangan Donald Trump. Kemenangan Donald Trump disambut reaksi beragam di seluruh dunia. Kemenangan Donald Trump dalam pemilu presiden, tak hanya mengejutkan publik Amerika Serikat, namun juga menyentak umat Muslim di seluruh dunia. Banyak warga Muslim mengaku khawatir bahwa di bawah kepemimpin Trump ketegangan antara negara Barat dan Islam akan meningkat dan menyuburkan paham radikal.
Warga Muslim dari berbagai negara, baik Timur Tengah, maupun dalam negeri, cemas bahwa konglomerat New York itu akan menepati janji kampanyenya untuk melarang umat Muslim memasuki AS.
Tak hanya itu, dalam menanggapi serangkaian teror global, Trump selama ini tak segan menyebut istilah "teroris Islam radikal", istilah yang selama ini selalu dihindari oleh pemerintahan Barack Obama guna meredam sentimen Islamofobia di negara itu.
"Saya khawatir tentang (kerabat saya di Amerika) karena mereka adalah Muslim, Muslim Mesir ... dan ia (Trump) tidak akan memperlakukan Muslim dengan baik," kata Ali Nabil, seorang mahasiswa Muslim berusia 20 tahun dari Kairo, Mesir, dikutip dari Reuters.
Sementara menurut Ganiu Olukanga, warga Muslim dari Lagos, Nigeria, "Apapun yang terjadi di Amerika akan mempengaruhi semua orang, dan dengan berbagai kecaman dari Trump untuk orang kulit hitam, untuk umat Islam, (kelompok) minoritas, ini bukan sesuatu yang akan membuat kami bahagia."
Reuters melaporkan bahwa warga Muslim yang hidup sebagai kelompok minoritas di berbagai negara Barat sebelumnya menyatakan khawatir retorika Trump tentang Muslim akan menorehkan citra buruk bagi agama Islam di tengah masyarakat. (CNN Indonesia Sabtu, 12/11/2016 14:21 WIB)
MASALAH SISTEM, BUKAN SEKEDAR PERSONAL
Sebagaimana yang pernah disampaikan Taji Mustafa,perwakilan media Hizbut Tahrir Inngris mengatakan Amerika bukanlah bergntung pada satu orang. Amerika adalah sebuah negara dengan banyak institusi. Amerika memiliki sistem kapitalis yang kerusakan-kerusakannya telah terungkap. Seseorang tidak akan pernah merubah segala permasalahan sistemik dari sebuah negara, seberapa baikpun dia berikrar untuk melakukan hal itu.
Menurutnya, Amerika adalah sebuah negara kapitalis dengan seperangkat kebijakan luar negeri kapitalis yakni untuk menjajah negara-negara lain. Dengan cara itulah, negara itu senantiasa mencari cara untuk mempertahankan dominasinya di Dunia Islam dan terus melanjutkan agenda eksploitasi kapitalis. Presiden boleh datang dan pergi, kebijakan mungkin berubah, tetapi tidak akan ada perubahan yang benar-benar nyata (real change).
Amerika Serikat adalah sebuah negara ideologis.Negara ini dibangun atas dasar ideologi kapitalisme. Politik luar negeri AS tidak bisa dilepaskan dari basis ideologi kapitalisme ini. Secara mendasar dan global, Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani, dalam Mafahim Siyasi li Hizb at Tahrir (Konsep-konsep Politik Hizbut Tahrir), menyebutkan bahwa inti politik luar negeri negara-negara kapitalis adalah penjajahan/imperialisme. Negara-negara kapitalis seperti AS, akan selalu menyebarluaskan ideologi kapitalisme ke seluruh dunia dengan metodea yang tetap, yaitu penjajahan. Penjajahan ini dilakukan dengan berbagai bentuk,meliputi politik, ekonomi, militer, budaya, dan yang lainnya. Ini pula yang menjadi grand strtegi politik luar negeri AS yang tidak pernah berubah. Yang mengalami perubahan adalah aplikasi dari grand strategi itu pada level menengah atau bawah.
Dalam format politik internasional AS, dua pilar paling mengemuka yang dijadikan kebijakan pokok negara adidaya itu adalah demokratisasi (termasuk HAM) dan liberalisme ekonomi dunia. Dalam hal ini, perlu diperhatikan pernyataan seorang penasihat mantan Presiden AS, Bill Clinton, untuk keamanan nasional. Dalam pidatonya,tanggal 21 September 1993, ia mengatakan,” Kita harus menyebarkan demokrasi dan ekonomi pasar bebas,karena hal ini akan dapat menjaga kepentingan-kepentingan kita, memelihara kita, sekaligus menunjukkan nilai-nilai anutan kita, yaitu nilai-nilai Amerika yang luhur “.
Dua pilar utama tatanan dunia yang ditawarkan AS ini jelas merupakan inti dari ideologi kapitalisme yang memang sudah sejak lama diemban dan disebarluaskan oleh AS. Tegaknya dua pilar ini akan menguntungkan kepentingan mereka, tidak aneh jika AS demikian bersemangat menjajakan kedua perkara tersebut. Dengan kata lain, AS saat ini hendak menjadikan kapitalisme sebagai “agama baru” di seluruh dunia.
Dari sinilah, kaum Muslim yang kini tengah berjuang gigih mengembalikan Institusi Khilafah dan menjadi sasaran langsung dari langkah-langkah politik AS, berkewajiban untuk membangun opini umum Dunia Islam dan opini internasional. Caranya dengan membongkar hakikat demokratisasi (termasuk HAM) dan liberalisme ekonomi dunia dan hakikat utama kebijakan politik luar negeri Amerika Serikat yang digunakan untuk menciptakan hegemoni tunggal atas dunia. (Farid Wadjdi 2010. Menantang Amerika menyingkap imperalisme Amerika di bawah Obama. Penerbit Al Azhar Press.)
Kaum Muslimin berkewajiban membeberkan bahwa Amerika Serikat sesungguhnya yang berada di balik setiap aksi-aksi terorisme yang melanda banyak negara di dunia, meski tuduhan keji tersebut selalu dilemparkan kepada orang-orang Islam.
Disamping itu, kaum Muslim berkewajiban pula untuk menjadi representasi Islam dalam segala perbuatan dan tindakan. Islam mempunyai metode khusus untuk merealisasikan berbagai target dan tujuan, di antaranya adalah melanjutkan kehidupan Islam dengan cara mendirikan kembali Daulah Khilafah Islamiyah. Berpegang teguh dengan metode ini yang bertumpu pada pertarungan pemikiran (ash-shira’ al-fikri) dan perjuangan politik (al-kifah as-siyasi) serta menjauhkan diri dari penggunaan senjata (kekerasan) hakikatnya adalah berpegang teguh dengan metode syariat yang dituntut oleh Islam, bukan karena takut atau melarikan diri dari label terorisme.
Cap yang diberikan oleh Amerika dan negara-negara lain bahwa Islam adalah terorisme dan bahwa kaum Muslim adalah para teroris sesungguhnya merupakan predikat yang tendensius, tidak sesuai dengan fakta yang ada dan bertentangan dengan apa yang dikehendaki oleh Allah SWT berfirman: “ Tiadalah Kami mengutus engkau (Muhammad), melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (QS al-Anbiya’ (21): 107). Rahmat tersebut sesungguhnya akan terwujud dengan penerapan hukum-hukum Islam yang wajib diterapkan oleh Daulah Khilafah Islamiyah.
(in syaa Allah, bersambung Seri 3)
Catatan Kaki :
2) Farid Wadjdi 2010. Menantang Amerika menyingkap imperalisme Amerika di bawah Obama. Penerbit Al Azhar Press.